Konotasi janda, pasti negatif. Demikian tulisan Mariska
Lubis di Kompasiana.
Mariska Lubis menulis, ceritanya ada satu perempuan cantik
beranak satu yang baru saja bercerai dari suaminya. Usianya masih tergolong
muda. Baru 30 tahun. Masih termasuk muda, kan? Matang-matangnya kalau buah,
sih!!! Tinggi, putih, dan aduhai amboy!!! Cuit-cuit, deh!!!
Dia merasa jengkel karena terus-terusan dikejar-kejar pria
tak tahu diri. Bahkan sama mantan pacarnya sendiri yang sudah punya istri dan
anak. Mau dijadikan istri kedua!!!
“Memangnya kalau jadi janda terus bisa seenaknya aja
dipacarin gitu?” Hmmm… masih mending dipacarin?! “Bisa ditidurin seenaknya
aja?!” Iihhh!!!
“Memangnya kalau nggak ada pria, nggak bisa dapat kepuasan?”
Nggak juga, sih?! “Lagipula nggak kepikiran, deh!!!” Masa, sih? Hehehe…
“Mikirin cari duit buat sendiri dan anak saja sudah capek
duluan!!!” Habis energi, nih, ceritanya?! “Cari duit halal memang susah tapi
nggak perlu, deh, harus sampai dikasihani!!!
” Kalau dikasih? “Mana ada yang ngasih gitu aja?! Pasti ada
embel-embelnya?!!” Masa Mercy seri terbaru dan rumah di Pondok Indah ditolak?
”Justru itu dia!!! Kalau ngasihnya gede, maunya juga pasti gede!!! Enak aja!!!”
Top markotop!!! Jarang-jarang, nih, ada janda kayak begini!!! Hehehe... maaf,
ya!!!
Sebagai mantan janda, saya juga pernah merasakan hal yang
sama. Bete abisss!!! Memang nggak enak jadi janda!!! Nggak ada tempat untuk
berbagi rasa dan berbagi hati. Huhuhu….
Kalau nggak terpaksa-terpaksa amat, siapa juga yang mau
mengambil keputusan terbaik dari yang terburuk ini? Hiks.
Ada persepsi yang beredar di masyarakat dan sudah turun
temurun, serta berakar serabut bertebaran ke mana-mana, bahwa perempuan yang
sudah pernah merasakan nikmatnya bercinta, pasti akan ketagihan. Melebihi pria,
katanya!!! Nggak bisa tahan kalau sudah pengen!!!
Makanya, kemudian, jadi lebih berani dan lebih agresif
menantang para pria. Nafsunya lebih gila, deh!!! Ditambah lagi dengan persepsi
bahwa kebanyakan perempuan tidak memiliki kemampuan untuk menafkahi dan
melindungi dirinya sendiri. Selalu membutuhkan seorang pria sebagai pendamping
yang bisa memberinya kehidupan yang lebih layak dan menjaganya dari hal-hal
yang tidak diinginkan.
Jadi aja…, kejar terusss!!! Kejar setoran dan kejar tumpuan
harapan!!! Pria juga banyak yang memiliki persepsi bahwa lebih mulia menikahi
seorang janda yang memang membutuhkan perlindungan dan patut untuk diberi
bantuan nafkah. Tidak lupa dipenuhi juga dipenuhi kebutuhan biologisnya.
Banyak yang berpikir bahwa dengan menikahi seorang janda,
biarpun sebagai istri simpanan yang sah ataupun istri yang nomor dua dan nomor
berikutnya, berarti telah melakukan perbuatan mulia. Kalau dipikirn, sakit
hati, deh, rasanya!!!
Tetapi bisa dimaklumi, karena tidak sedikit juga perempuan
yang memang merasa tidak berdaya bila tidak memiliki suami. Apalagi kalau punya
anak banyak?!!! Repot!!!
Memberikan jasa sebagai ungkapan terima kasih atas pemberian
serta perlindungan yang dibutuhkan dalam bentuk kerelaan dijadikan madu.
Rasanya seperti sudah luar biasa banget kalau sudah diberi perhatian dan belas
kasihan. Ampuuunnnn!!!!
Menurut saya, menjadi manusia yang terkotak-kotak pikirannya
itu sama saja dengan menjadi manusia jalan di tempat lalu mundur ke belakang.
Kenapa mau jadi orang yang berpikiran sempit dan kotor atau jahat? Kenapa tidak
mau menjadi orang yang lebih pintar, memiliki wawasan dan pandangan yang luas,
berhati mulia, dan tentu saja bersih?
Bila memang merasa cinta dan tulus ikhlas adanya dalam memberikan
kasih sayang terhadap seseorang, mau itu janda, mau itu perawan, tidak masalah.
Tetapi jangan pernah terbersit sedikit pun keinginan, niat, bahkan pemikiran
untuk mendapatkan imbalan atas apa yang telah diberikan. Pahala sudah ada yang
mengaturnya, kok!!!
Tidak perlu diminta ataupun diharapkan pun pasti akan datang
dengan sendirinya, tuh!!! Perempuan, baik janda ataupun bukan,
sebaiknya juga jangan pernah merendahkan harga diri dan martabatnya hanya
karena merasa tidak mampu.
Cobaan yang datang selalu memberikan makna lebih berarti
dalam kehidupan. Jangan pernah berpikir negatif atas kemampuan diri sendiri.
Yakinlah kalau bisa!!! Semua pasti bisa!!! Pantang menyerah!!! Usaha terus!!!
Bisa, deh!!! Mampu, kok!!!
Spesial untuk soal keinginan dan nafsu birahi??? Hehehe…
Kita nggak usah bicara soal kemampuan menahan emosi, ya… tapi di mana-mana juga
sudah terbukti, baik secara awam, kasat mana, maupun penelitian ilmiah, bahwa
jumlah libido perempuan lebih sedikit dan lebih bisa dikontrol jumlahnya.
Lebih sedikit karena otot perempuan lebih sedikit juga
dibandingkan dengan pria. Jadi, nggak perlu sebanyak pria pun sudah cukup.
Kalau hal pengontrolan jumlah… ini juga berdasarkan penelitian bahwa perempuan
lebih banyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan dibandingkan dengan pria yang
doyan banget makan daging. Soalnya, takut gendut!!!
Makanya, asupan protein hewani yang banyak banget mendorong
lajunya produksi libidopun jadi lebih terkontrol. Gitu ceritanya!!! Satu lagi,
nih, coba perhatikan berapa banyak perbandingan jumlah janda yang memilih untuk
tidak menikah lagi dibandingkan dengan jumlah duda yang memilih untuk tetap
menjadi "duren"??? Perhatikan, ya!!! Semoga bisa dipahami!!!***
0 Comments