Ad Code

Hantu Jailangkung, dari Tiongkok Melayang ke Tanah Sunda, Jawa dan Minangkabau?

Film Jailangkung Sandekala/Istimewa

Jailangkung, Hantu -  Film bertema hantu Jailangkung, yakni Jailangkung Sandekala, pernah diputar di bioskop Indonesia dan cukup menarik minat publik.

Dikisahkan, Kinan yang akan berlibur ke sebuah destinasi wisata dengan keluarganya, tiba-tiba hilang misterius.

Berbagai upaya dilakukan oleh ayahnya Adrian dan ibunya, Sandra, dengan melibatkan warga setempat, untuk mencari Kinan.

Akan tetapi, upayanya tidak berhasil, hingga mereka menemukan boneka jailangkung di kawasan tempat hilangnya Kinan.

Jailangkung tersebut kemudian jadi tumpuan harapan Adrian dan Sandra, untuk mencari Kinan.

Itulah gambaran sekilas film hantu Jailangkung Sandekala yang diputar di sejumlah bioskop di Tanah Air, sejak 22 September 2022 lalu tersebut.

Tiongkok

Terlepas dari sudah atau belum nonton film yang per hari ini penontonnya lebih dari setengah juta, ada hal menarik soal ailangkung.

Dianggap merupakan kebudayaan asli Indonesia dan berkembang di Tanah Sunda, Jawa dan Minangkabau, jailangkung konon berasal dari kepercayaan atau ritual tradisional Tionghoa atau Tiongkok.

Seperti dikutip dari kanal YouTube Moesehat Official berjudul “Asal Usul Permainan Pemanggil Hantu (Jelangkung),” dirilis pada 1 Juni 2018, ritual yang berkembang di masyarakat tradisional Tionghoa tersebut, berkaitan denagn kekuatan Dewa Poyang.

Dewa Poyang adalah sebutan nenek moyang zaman dulu, yaitu Jailan Gong atau Dewa Keranjang dan Jailan Tse yang dipercaya sebagai Dewa Pelindung anak-anak.

Dewa itu disebutkan muncul, bila dipanggil dalam sebuah ritual oleh anak-anak dan remaja pada saat festival rembulan pada zaman dahulu.

Proses kemunculannya diawali dengan pembacaan mantra pemanggilan yang diucapkan agar masuk ke sebuah boneka keranjang, yang tangannya dapat digerakkan. Pada ujung tangan boneka tersebut sudah diikatkan alat tulis.

Boneka Jailan Gong juga dihiasi dengan menggunakan pakaian manusia, dipakaikan kalung, lalu dihadapkan ke papan tulis sambil menyalakan dupa.

Kemudian, saat boneka itu telah dirasuki, ia akan bergerak mengangguk sebagai pertanda setuju telah dimulainya permainan tersebut.

Jawaban dari pertanyaan yang diajukan akan ditulis boneka ini melalui papan yang sudah disediakan.

Ritual Jailan Gong di Tiongkok sekarang sudah punah, tetapi ritual ini diserap kedalam Bahasa Indonesia menjadi Jailangkung, karena hubungan Indonesia dengan Tiongkok sudah berlangsung lama.

Di Indonesia, ada perubahan media yang digunakan.

Di Indonesia, media yang digunakan untuk memanggil hantu dalam Jailangkung adalah gayung dan kemenyan.

Pada zaman dahulu, gayung air terbuat dari tempurung kelapa, dan sering dilakukan sebagai ritual pemanggilan setan.

Cara memainkan Jailangkung ini adalah dengan dipegangi oleh dua orang dan dipandu oleh seorang pawang atau boleh hanya dua orang saja.

Kemudian, dua orang tersebut membaca sebuah mantra pemanggil setan dan jawaban dari semua pertanyaan yang diajukan akan dijawab melalui sebuah kertas, batu tulis, atau kapur, yang sebelumnya sudah disediakan alat tulis di tangan Jailangkung.

Jailangkung dulunya hanya sebuah permainan biasa, kemudian berkembang memunculkan mitos-mitos hantu yang sangat menyeramkan.

Mitos tersebut pada umumnya adalah apabila permainan jika diakhiri tanpa melepas atau berpamitan dengan makhluk halus yang masuk ke dalam boneka itu, maka akan membuat makhluk itu menjadi sangat marah.

Pada akhirnya bisa saja ia akan membuat masalah untuk para pemanggilnya, misalnya sang pemanggil Jailangkung kesurupan atau bisa saja ada yang menjadi gila.

Di Indonesia, permainan jailangkung itu berkembang di masyarakat Sunda, Jawa dan Minangkabau.

Dalam perkembangannya, jailangkung bukan hanya dimainkan anak-anak dan remaja, tetapi juga orang tua.

Film Jailangkung Sandekala, dipastikan tidak bisa dilepaskan dari kepercayaan dari  masyarakat tradisional Tionghoa yang kemudian berkembang di Indonesia tersebut. ***

Post a Comment

0 Comments

Ad Code