Ad Code

Kisah Ratu Jin Ular Siti Qolbuniyah di Pesantren Keresek Garut, hingga Kini Masih Jadi Bahan Perbicangan

 

Kisah ratu jin ular Siti Qolbuniyah di Pesantren Keresek, Garut, Jawa Barat, sempat menggemparkan publik di Indonesia, terutama di Jawa Barat.

Kisah mistis yang bukan khayalan, rekaan atau fiktif itu menggemparkan publik, setelah diangkat jadi  tulisan bersambung di Majalah Sunda Mangle.

Sebelum diangkat Mangle, kisah ratu jin ular Siti Qolbuniyah sebenarnya sudah menggembarkan warga pesantre Keresek dan warga Garut umumnya.

Namun kisahnya lebih menggemparkan lagi setelah diangkat jadi cerita bersambung oleh Majalah Sunda Mangle –yang kemudian dikutip puluhan media lainnya di Indonesia.

Penulisnya adalah KH Hasan Basri, putra KH Busrol Karim, sesepuh Pesantren Keresek yang erat kaitannya dengan kisah jin ular Siti Qobuniyah tersebut.

Menariknya, kini, orang ternyata masih banyak yang penasaran dengan kisah ratu jin ular bernama Siti Qolbuniyah tersebut, terlebih setelah ada film KKN di Desa Penari yang di dalamnya ada Badarawuhi, ular menjelma wanita cantik.

“Ya, sekarang pun masih banyak yang bertanya-tanya soal cerita jin ular di sini, terutama setelah ada film KKN di Desa Penari,” kata sejumlah santri di Keresek kepada DeskJabar, baru-baru ini.

Tak sengaja dibunuh

Nah bagi yang penasaran, berikut ini seulas soal kisah ratu jin ular bernama Siti Qolbuniyah tersebut.

Kisah Siti Qolbuniyah ini disampaikan KH Usman Affandi, sesepuh Pesantren Keresek sebagaimana dikutip dari Channel YouTube Muzam Zay TV berjudul “Abah Uci|Ratu Jin Siti Qolbuniyah|Sejarah Kersek|Napak Tilas Maliyuloh| Jejak Abuya Uci|” publish 3 Mei 2021.

Menurut KH Usman Affandi, kisah jin Keresek yang melegenda itu terjadi pada tahun 1936 dan berakhir tahun 1942-an.

Kisahnya, menurut versi KH Usman Affandi (versi lain akan ditulis dalam artikel lain) bermula dari suatu subuh, ketika Mama Busrol (KH Busrol Karim, ayahanda alm KH. Hassan Basri), sesepuh pesantren saat itu, membuka pintu rumah, hendak pergi ke masjid.

“Ketika membuka pintu, dilihatnya ada ular, dua ekor,” kata KH Usman Affandi.

Mama Busrol saat itu berteriak ke pembantunya, Bah Oni, mengabarkan bahwa di depan pintu ada ular.

Tak lama berselang, Bah Oni datang ke tempat Mama sambil membawa besi bekas ranjang. Tanpa pikiran apa-apa, ular tersebut dipukul hingga salahsatunya mati seketika setelah kepalanya kena pukul. Ular itu kemudian dibuang ke sungai Cipacing.

Menurut KH Usman Affandi, pada pagi hari, tidak ada kejadian apa-apa di pesantren. Semua berjalan seperti biasanya.

Namun menjelang sore ketika Mama dan keluarga besarnya sedang berkumpul di rumah, mendadak ada santri yang kesurupan. Tidak seperti biasanya.

Yang kesurupan itu diobati hingga sadar kembali. Namun sembuh yang satu, kemudian ada lagi yang kesurupan.

Walhasil, hingga menjelang Magrib, ada beberapa orang yang kesurupan.

Kejadian aneh lainnya terjadi lagi, setelah ada yang kesurupan.

“Barang yang ada di dapur saat itu berterbangan sendiri. Anehnya beberapa waktu kemudian, barang-barang itu beres lagi, tersimpan di tempat semula,” kata KH Usman Affandi.

Ratu ular dari Ajrak, Baghdad

Belakangan diketahui soal dua ular yang salahsatunya mati dan mengapa terjadi kejadian aneh seperti kesurupan dan barang-barang berterbangan.

“Saat itu Mama menerima surat,” katanya.

Surat itu ternyata dari Siti Qolbuniyah, seorang putri dari negeri Jin bernama Ajrak di Bagdad (Irak).

Siti Qolbuniyah menulis bahwa ular yang dibunuh itu adalah suaminya, seorang pangeran.

Mereka baru saja menikah. Mereka berada di Keresek sedang jalan-jalan dan dalam rangka berbulan muda.

Siti Qolbuniyah kemudian bertanya mengapa Mama Busrol tega membunuh suaminya. Padahal keduanya tidak mengganggu.

Bukan hanya itu, Siti Qolbuniyah bahkan meminta Mama Busrol menikahinya untuk mengganti suaminya yang terbunuh.

Permintaan itu tentu saja tidak dituruti.

Karena tidak dituruti, Siti Qolbuniyah terus mengganggu siapa saja yang ada di pesantren, selama enam tahun setelah suaminya dibunuh.

Rupanya yang kesurupan dan barang-barang berterbangan di dapur itu karena ulah Siti Qolbuniyah yang kesal dan marah karena suaminya dibunuh. (DeskJabar)

Foto ilustrasi/Net


Post a Comment

0 Comments

Ad Code